EQ vs IQ

Dalam setiap percakapan dengan seseorang, pernahkah Anda memulai dengan pertanyaan "Mas/ Mba/ Pak/ Bu/ Sapaan lainnya guna menghormati seseorang yang baru Anda kenal dulu waktu sekolah rangking berapa? atau Indeks Prestasi kuliah dapat berapa?". Pastinya ini tidak lah menjadi sebuah perbincangan yang hangat. 
Namun apabila perbincangan diawali dengan sesuatu hal yang menarik seperti sedang duduk di ruang tunggu halte bus menanyakan "tujuannya kemana bu?" (dengan senyum ramah dan hangat) kemungkinan besar perbincangan bersahabat pun akan berlanjut menjadi jalan hubungan silaturahmi yang baru. Dan tak jarang perbincangan seperti ini biasanya berlanjut hingga hubungan pekerjaan atau pertemanan. 
Fenomena ini memperlihatkan bahwa EQ (Emotional Quotient/ kecerdasan emosi) lebih penting dibandingkan IQ (Intelectual Quotient/ kemampuan intelektual) dalam menjalani proses kehidupan. Hanya saja terkadang pendidikan di Negara ini masih mengedepankan nilai-nilai statis dalam setiap jenjang pendidikan. Tolak ukur penilaian seseorang dari seberapa sering ia menjadi juara kelas atau nilai tertinggi. Hal ini lah yang menjadi wacana mengapa seseorang yang memiliki kemampuan intelektual (IQ) yang baik terkadang malah menemui kegagalan dalam hidup dibanding dengan seseorang yang "biasa-biasa saja" namun berhasil dalam kehidupannya? Hal ini terjadi karena orang tersebut mampu memaksimalkan EQ (kecerdasan emosi) yang dimiliki. Tidak terbayang jika seseorang yang cerdas, namun berperilaku kasar, merasa diri paling benar dan bahkan sering membuat orang lain kesal. Maka dapat dikatakan semakin tinggi kecerdasan emosi seseorang, semakin besar kemungkinan seseorang meraih kesuksesan dalam pekerjaan, usaha, orang tua dan lain sebagainya.
Lalu bagaimana cara untuk melatih meningkatkan EQ (kecerdasan emosi)?
Daniel Goleman menyebut 5 dimensi guna mengembangkan kecerdasan emosi yaitu 
a. Penyadaran Diri, mampu belajar dari kesalahan di masa lalu agar tidak terulang kembali di masa kini dan kehidupan saat ini menentukan kehidupan di masa depan.
b. Mengelola Emosi, mampu memahami dan mengenal emosi yang sedang dirasakan agar dapat mengontrol diri sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, bukan sebaliknya.
c. Motivasi Diri, Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi.
d. Empati, Mampu memahami emosi orang lain agar mampu menempatkan diri dalam berbagai situasi dan 
e. Ketrampilan Sosial, Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.
Tingkatkan Kecerdasan Emosi Anda mulai saat ini dan raih kesuksesan dengan Kegembiraan 😀😀

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Power of Handwriting

Mengenal karakter anak membangun masa depan sejak usia dini